Budidaya jahe memang menguntungkan kalau sudah punya pasar, maksudnya hasil panennya langsung terserap industri atau ada yang membeli langsung di kebun. Banyak pekebun jahe kesulitan memasarkan hasil panennya, dikarenakan tidak memiliki kerjasama dengan pengepul jahe, atau industri yang membutuhkan jahe atau eksportir jahe.
Oleh karenanya sebelum menanam jahe alangkah baiknya melakukan survey terlebih dahulu kemana nantinya hasil panen jahe tersebut akan dijual. Jangan ikut-ikutan menanam jahe jika belum punya pasar sendiri. Jangan dipanen jahenya bila belum mendapatkan pembeli yang sudah pasti, biarkan jahenya masih di dalam tanah, toh tidak akan membusuk meski umurnya sudah tua.
Saat umur jahe memasuki usia 8 bulan, mulailah mencari pengepul jahe, tawarkan jahe tersebut kepadanya, katakan bahwa jahenya masih dikebun (tanah) belum dipanen. Jika sudah ada kesepakatan harga beli dan pengepul sudah bersedia membayar, barulah jahe tersebut dipanen.
Jahe sangat dibutuhkan oleh negara-negara eropa, asia, bahkan amerika. Jahe banyak digunakan sebagai pelengkap makanan, bumbu masakan, bahan baku obat-obatan, minyak atsiri dan bahan aneka minuman.
Negara-negara eksportir produsen jahe sangatlah sedikit, indonesia merupakan eksportir produsen jahe terbesar di dunia, bahkan negara eksportir jahe seperti china, india, singapore, thailand, vietnam dan negara-negara afrika juga mengimport dari Indonesia, tapi kemudian mereka ekspor kembali jahe segarnya dan ada juga diekspor dalam bentuk olahan lain.
Negara-negara tujuan eksport jahe antara lain singapore, india, pakistan, bangladesh, jepang, china, hongkong, uni emirat arab, australia, selandia baru, uni eropa, dan amerika serikat. Eksportir jahe masih kesulitan memenuhi semua permintaan importir jahe dikarenakan terbatasnya stok komoditas jahe di Indonesia dan setiap tahunnya pasti mengalami kekurangan stok.
Peluang ini tentunya menjadi sangat menarik bagi pekebun jahe. Oleh karenanya pekebun jahe sebaiknya melakukan kerjasama terlebih dahulu dengan pengepul atau eksportir sebelum menanam jahe, supaya ada kesinambungan antara supplay dan demand. Pastikan jenis jahe yang ditanam sesuai dengan jenis yang diinginkan pihak pengepul atau eksportir, apakah jenis jahe gajah, jahe emprit atau jahe merah. Kualitas dari jahe yang diinginkan juga harus diperhatikan, misalnya apakah pengepul atau eksportir menginginkan jahenya berukuran 150 gram ke atas setiap rimpangnya atau bagaimana.
Bila kepastian kerjasama sudah ada, barulah dipikirkan cara budidaya jahe yang baik. Budidaya jahe tidak semudah yang dibayangkan. Jangan harap jahe yang ditanam begitu saja tanpa ada perawatan bisa tumbuh dengan baik dan menghasilkan jahe yang sesuai diinginkan oleh pembeli. Pelajari terlebih dahulu seluk beluk cara bertanam jahe.
Banyak kendala yang menghadang saat budidaya jahe, sebut saja penyakit layu bakteri (mirip layu fusarium pada pohon pisang), penyakit yang paling ditakuti oleh pekebun jahe. Penyakit ini bila sudah menyerang satu tanaman akan cepat menyebar menyerang tanaman yang lainnya. Dan penyakit ini, sampai saat ini belum ada obatnya, satu-satunya jalan adalah mencegah penyakit layu bakteri ini supaya tidak menyerang tanaman jahe yang lain.
Pemilihan lahan sebelum ditanami sangatlah penting, pastikan lahan yang akan ditanami belum pernah terserang penyakit layu bakteri sebelumnya dan jangan menanam jahe di lahan yang ada tanaman pisang yang pernah terserang penyakit layu fusarium. Ini untuk menghindari kemungkinan munculnya penyakit layu bakteri, bila pada tempat yang pernah ditanami jahe tersebut pernah terserang penyakit layu bakteri.
Tahap penyiapan bibit sangatlah penting, pilihlah bibit yang baik, gunakanlah bibit yang sehat dan berumur di atas 9 bulan, bentuknya padat, bersih tidak berlubang, kulitnya mengkilap dan keras tidak mudah terkelupas dan bernas. Rimpang berdaging lembek, berair dan berwarna kusam kecoklatan dan membusuk jangan dipakai sebagai bibit. Sebaiknya dilakukan sterilisasi bibit dengan merendam bibit dalam larutan antibiotik atau antibakteri seperti agrept atau agrimycin 1,5 - 2 cc per liter selama 6 jam.
Untuk menekan serangan penyakit, sistem drainase atau pengairan perlu diatur sebaik mungkin. Peluang terjadinya genangan air di lahan harus dihindarkan. Sedapat mungkin air dari petak yang satu tidak masuk ke petak yang lain. Jika di petak tanam ada satu atau dua tanaman yang terserang, lokalisir tanaman, jangan dicabut, cukup diberi kapur untuk menghindari penularan akibat bekas tanah yang tercecer di lahan. Perlengkapan yang dipakai juga harus dicuci bersih sebelum masuk ke lahan yang lain.
Sebenarnya tidak hanya penyakit layu bakteri saja yang menjadi penyebab kegagalan budidaya jahe. Penyakit busuk rimpang, bercak daun, lalat rimpang, serta nematoda juga menjadi ancaman serius. Selain karena patogen, faktor non teknis seperti masalah keamanan kebun (dicuri sebelum panen) juga menjadi kendala.
Selain masalah di atas, kualitas sumberdaya pekebun yang rendah, sehingga hasil panen seringkali tak sesuai yang diharapkan. Cara memanen yang salah yang mengakibatkan jahenya lecet-lecet atau banyak yang patah, malah akan menurunkan harga beli ditingkat pengepul. Cara pengemasan sebelum diangkut juga harus diperhatikan, jangan sampai jahe yang sudah dipanen dengan benar jadi rusak karena faktor pengemasan yang salah yang mengakibatkan jahe rusak dalam perjalanan karena mengalami goncangan selama perjalanan. Pastikan jahe yang sudah dipanen dengan baik, dikemas dalam wadah yang tidak banyak mengalami perubahan bentuk selama perjalanan. Keranjang yang terbuat dari plastik atau bambu lebih baik digunakan untuk mengemas jahe dari pada wadah dari karung plastik atau waring.
Bagi yang berminat menjadi petani jahe merah, saya menjual bibit jahe merah sehat. Kunjungi lapak saya disini
Oleh karenanya sebelum menanam jahe alangkah baiknya melakukan survey terlebih dahulu kemana nantinya hasil panen jahe tersebut akan dijual. Jangan ikut-ikutan menanam jahe jika belum punya pasar sendiri. Jangan dipanen jahenya bila belum mendapatkan pembeli yang sudah pasti, biarkan jahenya masih di dalam tanah, toh tidak akan membusuk meski umurnya sudah tua.
Saat umur jahe memasuki usia 8 bulan, mulailah mencari pengepul jahe, tawarkan jahe tersebut kepadanya, katakan bahwa jahenya masih dikebun (tanah) belum dipanen. Jika sudah ada kesepakatan harga beli dan pengepul sudah bersedia membayar, barulah jahe tersebut dipanen.
Jahe sangat dibutuhkan oleh negara-negara eropa, asia, bahkan amerika. Jahe banyak digunakan sebagai pelengkap makanan, bumbu masakan, bahan baku obat-obatan, minyak atsiri dan bahan aneka minuman.
Negara-negara eksportir produsen jahe sangatlah sedikit, indonesia merupakan eksportir produsen jahe terbesar di dunia, bahkan negara eksportir jahe seperti china, india, singapore, thailand, vietnam dan negara-negara afrika juga mengimport dari Indonesia, tapi kemudian mereka ekspor kembali jahe segarnya dan ada juga diekspor dalam bentuk olahan lain.
Negara-negara tujuan eksport jahe antara lain singapore, india, pakistan, bangladesh, jepang, china, hongkong, uni emirat arab, australia, selandia baru, uni eropa, dan amerika serikat. Eksportir jahe masih kesulitan memenuhi semua permintaan importir jahe dikarenakan terbatasnya stok komoditas jahe di Indonesia dan setiap tahunnya pasti mengalami kekurangan stok.
Peluang ini tentunya menjadi sangat menarik bagi pekebun jahe. Oleh karenanya pekebun jahe sebaiknya melakukan kerjasama terlebih dahulu dengan pengepul atau eksportir sebelum menanam jahe, supaya ada kesinambungan antara supplay dan demand. Pastikan jenis jahe yang ditanam sesuai dengan jenis yang diinginkan pihak pengepul atau eksportir, apakah jenis jahe gajah, jahe emprit atau jahe merah. Kualitas dari jahe yang diinginkan juga harus diperhatikan, misalnya apakah pengepul atau eksportir menginginkan jahenya berukuran 150 gram ke atas setiap rimpangnya atau bagaimana.
Bila kepastian kerjasama sudah ada, barulah dipikirkan cara budidaya jahe yang baik. Budidaya jahe tidak semudah yang dibayangkan. Jangan harap jahe yang ditanam begitu saja tanpa ada perawatan bisa tumbuh dengan baik dan menghasilkan jahe yang sesuai diinginkan oleh pembeli. Pelajari terlebih dahulu seluk beluk cara bertanam jahe.
Banyak kendala yang menghadang saat budidaya jahe, sebut saja penyakit layu bakteri (mirip layu fusarium pada pohon pisang), penyakit yang paling ditakuti oleh pekebun jahe. Penyakit ini bila sudah menyerang satu tanaman akan cepat menyebar menyerang tanaman yang lainnya. Dan penyakit ini, sampai saat ini belum ada obatnya, satu-satunya jalan adalah mencegah penyakit layu bakteri ini supaya tidak menyerang tanaman jahe yang lain.
Pemilihan lahan sebelum ditanami sangatlah penting, pastikan lahan yang akan ditanami belum pernah terserang penyakit layu bakteri sebelumnya dan jangan menanam jahe di lahan yang ada tanaman pisang yang pernah terserang penyakit layu fusarium. Ini untuk menghindari kemungkinan munculnya penyakit layu bakteri, bila pada tempat yang pernah ditanami jahe tersebut pernah terserang penyakit layu bakteri.
Tahap penyiapan bibit sangatlah penting, pilihlah bibit yang baik, gunakanlah bibit yang sehat dan berumur di atas 9 bulan, bentuknya padat, bersih tidak berlubang, kulitnya mengkilap dan keras tidak mudah terkelupas dan bernas. Rimpang berdaging lembek, berair dan berwarna kusam kecoklatan dan membusuk jangan dipakai sebagai bibit. Sebaiknya dilakukan sterilisasi bibit dengan merendam bibit dalam larutan antibiotik atau antibakteri seperti agrept atau agrimycin 1,5 - 2 cc per liter selama 6 jam.
Untuk menekan serangan penyakit, sistem drainase atau pengairan perlu diatur sebaik mungkin. Peluang terjadinya genangan air di lahan harus dihindarkan. Sedapat mungkin air dari petak yang satu tidak masuk ke petak yang lain. Jika di petak tanam ada satu atau dua tanaman yang terserang, lokalisir tanaman, jangan dicabut, cukup diberi kapur untuk menghindari penularan akibat bekas tanah yang tercecer di lahan. Perlengkapan yang dipakai juga harus dicuci bersih sebelum masuk ke lahan yang lain.
Sebenarnya tidak hanya penyakit layu bakteri saja yang menjadi penyebab kegagalan budidaya jahe. Penyakit busuk rimpang, bercak daun, lalat rimpang, serta nematoda juga menjadi ancaman serius. Selain karena patogen, faktor non teknis seperti masalah keamanan kebun (dicuri sebelum panen) juga menjadi kendala.
Selain masalah di atas, kualitas sumberdaya pekebun yang rendah, sehingga hasil panen seringkali tak sesuai yang diharapkan. Cara memanen yang salah yang mengakibatkan jahenya lecet-lecet atau banyak yang patah, malah akan menurunkan harga beli ditingkat pengepul. Cara pengemasan sebelum diangkut juga harus diperhatikan, jangan sampai jahe yang sudah dipanen dengan benar jadi rusak karena faktor pengemasan yang salah yang mengakibatkan jahe rusak dalam perjalanan karena mengalami goncangan selama perjalanan. Pastikan jahe yang sudah dipanen dengan baik, dikemas dalam wadah yang tidak banyak mengalami perubahan bentuk selama perjalanan. Keranjang yang terbuat dari plastik atau bambu lebih baik digunakan untuk mengemas jahe dari pada wadah dari karung plastik atau waring.
Bagi yang berminat menjadi petani jahe merah, saya menjual bibit jahe merah sehat. Kunjungi lapak saya disini
No comments:
Post a Comment